Thursday, September 23, 2010 By: shanti dwita

Belgia dan Eropa

Membaca jadwal kuliah yang dibagikan oleh Monika senin lalu membuat saya sedikit surprised. Ada materi Traceability, Labelling & Packaging, Microbiological Issues and Systems, Basis on Molecular Biology Techniques, Genetic Modification Technology and Food Safety dan ada juga materi  berjudul "From Europe with Love". "Ah ya, ini pasti menyenangkan" pikir saya waktu itu sambil berharap akan ada lagi kejutan dari penyelenggara program untuk mahasiswa EM SEFO 2010. 

Jam 14.00 kuliah dimulai. Siang itu saya berangkat agak terlambat karena azan zuhur baru berkumandang (melalui software azan di ponsel saya) jam 13.40. Daripada menunda sampai jam 16.00 selesai materi, saya lebih memilih untuk menunaikannya sebelum berangkat kuliah. Jadilah saya berlari-lari sendirian mengejar waktu agar tidak terlambat sampai ke kampus. Kurang dari sepuluh menit saya pun sampai. Andai saya punya sepeda, mungkin waktu tempuhnya akan semakin cepat, tapi itu dia, saya belum sempat browsing ke website yang memfasilitasi rental sepeda untuk mahasiswa di Gent, jadi untuk sementara, kemana-mana jalan kaki (plus lari). 

Satu menit merasakan duduk di kursi kelas, sang pemateri pun datang. Namanya Toon Van den Abeele. Wajahnya mirip siapa ya, mungkin Sven Gorran Eriksson dengan versi rambut ikal abu-abu putih lengkap dengan kacamata dan jasnya. Dilihat dari namanya, mungkin ia keturunan Belanda, tapi logat bicaranya dominan ke Prancis. Ya, orang Belgia rata-rata menguasai tiga bahasa, Belanda, Perancis dan Inggris (dan juga Jerman, tapi untuk daerah Flanders, rasanya tidak ada yang berbahasa Jerman). Jadi biarpun saya ke toko daging, saya tetap leluasa mengorder barang cukup dengan bahasa Inggris (dan itu pula sebabnya bahasa Belanda yang saya pelajari sedikit-sedikit tidak pernah berkembang)

Kelas dibuka dengan ditampilkannya peta negara-negara asal peserta EM SEFO, mulai dari Polandia, Brazil, Ekuador, Nikaragua, Uganda, Bostwana, India, Pakistan, Ethiopia, Serbia, dan tentu saja Indonesia. Tentang Indonesia, Toon menceritakan tentang Multatuli (Eduard Douwes Dekker) seorang penulis Belanda yang melahirkan novel satir Max Havelaar, yang berisi tentang kolonialisasi Belanda di Indonesia. Ia bilang, ia belum pernah ke Indonesia. Hal yang ia tahu tentang Indonesia, adalah fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia (Oya?Ya!)

 BELGIA

Toon pun melanjutkan dengan Belgia, negara tempat saya tinggal saat ini. Hal-hal apa saja yang lekat dengan belgia? Ia bilang kalau Belgia terkenal dengan lace (tenunan kain putih khas Brugge), coklat dan juga bir. Tujuan wisata utama di Belgia adalah Gent, Brussels, Antwerp dan juga Brugge (beruntunglah..empat-empatnya sudah saya datangi). Oya, di setiap kota pasti ada bangunan yang menjulang tinggi yang disebut Belfort tower dan menurutnya Belfort ini bukan bangunan indah semata, tapi juga simbol dari independensi sebuah kota. Tentang bahasa, seperti yang sudah saya bicarakan di tulisan sebelumnya, ada tiga bahasa utama yang digunakan di Belgia, yaitu Belanda, Perancis dan Jerman. Toon menceritakan sejarah Eropa sebagai asal muasal digunakannya 3 bahasa tersebut di Belgia, dan saya sedikit tidak yakin, apa saya mampu menceritakannya kembali sejelas apa yang dia katakan siang itu. Well, let's give it a try!

LINGUISTIC BARRIER

Linguistic  barrier di Belgia (mungkin?) berawal dari masa kejayaan Roma dengan bahasa Latinnya yang menyebar ke seluruh daratan barat  Eropa. Seiring dengan berkurangnya dominansi Romanic di Eropa pada abd ke-5, bahasa latin tersebut bermanifestasi menjadi bahasa lokal seperi Catalan, French, Italian, Portuguese, Romanian dan juga Spanish. Maraknya pelayaran internasional yang dilakukan oleh pelaut-pelaut yang terkenal di buku sejarah SMP saya seperti Bartholomeus Diaz dari Portugal yang menemukan Tanjung Harapan di Afrika Selatan, Vasco da Gama dengan petualangan India-nya dan juga Alfonso de Albuquerque membuat bahasa ini tersebar ke seluruh dunia. Dan itu pula sebabnya penduduk di latin Amerika yang berada di sebelah barat Amerika Selatan (seperti Argentina dan Ekuador) menggunakan bahasa Spanyol dan yang berada di sebelah timur (seperti Brazil) menggunakan bahasa Portugis.

Jika Roma dan eropa baratnya punya bahasa latin (romanic), maka penduduk di Eropa Utara punya bahasa yang disebut dengan Germanic languages. Beberapa bahasa yang berinduk dari Germanic  ini diantaranya Inggris, Belanda, Jerman dan bahasa Afrika. Tentang bahasa Afrika ini saya baru sadar ketika guru bahasa belanda saya bilang, cara saya ngomong Belanda persis seperti orang-orang di south Afrika, dan katanya dia suka. Haa? Tadinya saya fikir, apalah maksud pak guru ini berkata seperti itu, dan sekarang saya baru tahu kalau bahasa Afrika dan bahasa Belanda sama-sama beinduk di Germanic languages. Dengan bermigrasinya penduduk utara ke sentral Eropa, maka Germanic ini pun hingga sekarang berevolusi menjadi bahasa Inggris, Jerman, Belanda dan dipakai di masing-masing negara tersebut. Oke, kesimpulannya, di Eropa barat bahasanya adalah keturunan Romanic, dan  di Eropa Tengah keturunan Germanic. Bagaimana dengan Eropa Timur? Tentu, mereka  juga punya grup bahasa sendiri yang disebut dengan Slavic language.

Pembatasan bahasa itu secara maya tergambar dengan adanya linguistic dan cultural border antara Romanic dan Germanic, dan malangnya, linguistic border itu jatuh di Belgia. Itu sebabnya di selatan Belgia, bahasa yang digunakan adalah bahasa perancis (romanic) dan untuk warga di Utara, bahasa yang dipakai adalah Belanda (germanic). Perbedaan bahasa yang ekstrim ini membuat penduduk Flanders (utara) dan Wallonia (selatan) sering berselisih paham hingga sekarang. Dan itu sebabnya peran raja sangat diperlukan sebagai penengah untuk meredakan kekisruhan (?). Di Belgia, raja bukan hanya sebuah simbol, ia juga punya peran di pemerintahan, ia kepala negara. Meski pemerintahan  dijalankan oleh perdana menteri (prime minister), keputusan menentukan PM ini ada di tangan raja. masuk akal, jika kedua pihak (Flanders dan wallonia) sama-sama ngotot ingin menduduki posisi PM, lantas siapa yang menengahi? Itu dia tugas sang raja.


Raja Belgia saat ini adalah Albert II. Ia adalah raja keenam sejak Belgia memisahkan diri dari Belanda di tahun 1830 dan menyatakan sebagai negara merdeka. Raja pertama adalah Leopold I, sang pangeran Jerman yang ditugaskan menjadi raja Belgia (mungkin daripada tidak ada yang menjadi raja, orang Jerman pun jadilah). Lalu ada Leopold II yang hobby memotong tangan orang kongo hingga dijuluki "The Butcher of Congo", Albert I, Leopold III, Boudewijn dan akhirnya Albert II.

SEDIKIT TENTANG EROPA : Unification by Violence

Sama halnya dengan sejarah Belgia, sejarah Eropa pun menarik untuk dibicarakan. Hal menarik yang bisa saya kutip dari penjabaran Toon Selasa itu dalah bahwa sejak dulu usaha untuk menyatukan Eropa daratan telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Dan judul slide yang ditampilkan oleh Toon juga sangat menarik "Unification of Europe by Violence". Di baris pertama setelah judul itu, tertulis nama Charles V. Dia seorang raja spanyol yang lahir di Gent dan memiliki kekuasaan yang luas di Eropa setelah berhasil memenangi banyak peperangan. Awalnya, wilayah yang dimiliki hanyalah the burgundian netherlands (low countries : kira-kira daeraah ini mencakup belanda, belgia dan luxembourg), tapi kemudian meluas bahkan sampai ke Amerika dan Filipina (dengan ekspedisi Magellan) di abad ke 15. Lalu mengapa Charles V disebut melakukan kejahatan dalam menyatukan Eropa? Toon berkata bahwa Charles V menentang protestan, dan dalam istilah  mudahnya, Charles ingin Eropa bersatu dalam satu agama yaitu katholik.

Nama kedua yang tertulis di slide itu adalah Napoleon I (Napoleon Bonaparte) yang pada tahun 1800an menjadi orang yang berjasa dalam membangun perpolitikan di eropa. Saat itu France Empire sedang dalam masa kejayaan, dan Napoleon ingin agar semua wilayah kekuasaannya menggunakan bahasa Perancis. Sejenis dengan Charles V yang ingin eropa bersatu dalam satu agama, Napoleon pun ingin menyatukan Eropa dalam satu bahasa, yaitu bahasa Perancis.

Orang ketiga yang ditulis oleh Toon? Ya, dia Adolf Hitler! kanselir Jerman kelahiran Austria yang juga adalah pemimpin NAZI. Hitler ingin mewujudkan hegemoni/kepemimpinan NAZI Jerman di seluruh Eropa dengan mengedepankan Lebensraum (ruang istimewa) bagi ras Arya dan menganggap semua makhluk selain arya adalah kelas bawah dan layak untuk dibasmi. Dan hal itu memang dilakukannya, dengan membasmi kaum Yahudi di beberapa negara. Satu hal yang saya ingat tentang pembantaian ini adalah apa yang tergambar dalam film "Life is Beautiful", salah satu film favorit saya hingga sekarang yang membuat saya menangis getir menyaksikan betapa sang ayah  yang lucu dan penyayang  berusaha tegar hingga hela nafas terakhir untuk menenangkan anak dan istrinya, padahal ia tahu, ia akan segera menemui ajalnya. That's the greatest love!

Life is beautiful dan Band of Brothers

Membicarakan film dan sejarah Eropa, apalagi perang dunia kedua dimana Life is Beautiful mengambilnya sebagai setting, jelas akan membuat saya tidak berhenti ingin bercerita. Saya pun teringat dengan serial Band of Brothers. Kalau Life is Beautiful bercerita tentang tawanan yahudi yang ada di Jerman (yang nantinya akan dibebaskan oleh pasukan sekutu Amerika), maka Band of Brothers bercerita tentang pasukan khusus penerjun udara (Easy Company, atau regu E) dari Amerika yang bertugas membantu perlawanan Perancis melawan Jerman di perang dunia kedua. kenapa terjadi perang? Ya, ujung-ujungnya kembali ke masalah hegemoni tentara Jerman di Eropa yang ditentang olah banyak negara, terutama Perancis dan Inggris (plus Amerika yang hingga sekarang masih menjadi sahabat karib Inggris dalam berbagai hal :P). Band of Brothers bersetting di tahun 1944, dan karena disajikan dalam bentuk film, sedikit banyak saya mengerti dengan plotnya, meski nggak paham betul dengan sejarahnya. Pendaratan tentara sekutu di Normandy (prancis) membersitkan saya untuk mengunjungi daerah itu suatu hari nanti. Dan tentu, suami saya bilang "kalau nanti kamu ke Belgia, coba deh ke Bastogne". Bastogne ini adalah tempat dimana tentara Amerika banyak yang bertumbangan karena tak sanggup melawan dinginnya winter di akhir 1944 itu. Satu dialog yang saya ingat dalam film "kita akan sampai di Jerman pada saat natal dan merayakan malam natal disana". Dialog antara tentara yang tampak putus asa dengan segala kondisi perang, terlebih lagi mereka sebelumnya adalah orang sipil yang digembleng habis-habisan dalam waktu singkat. Hingga sekarang saya masih ingat hal itu dan ingin sekali pergi ke Bastogne. Guru saya erik bilang, di Bastogne terdapat banyak ornamen sejarah yang dibangun untuk mengenang tentara Amerika yang wafat. Sangat indah, katanya. tapi ketika saya tanya angkutan umum apa yang saya harus naiki kalau ingin pergi ke Bastogne, dia bilang, lebih baik nyetir sendiri. Ooww..


Uni Eropa (kini)

Kembali ke masalah mempersatukan Eropa, hingga mencapai terbentuknya Uni Eropa saat ini adalah sebuah perjalanan yang panjang. Setelah perang dunia dua usai, perancis dan jerman pun mulai menata hubungan baik. Pada tahun 1957, melalui Treaty of Rome (hehe, saya ingat jelas nama perjanjiannya, karena saya mencatat di buku saat Toon menerangkan. Bayangkan betapa niatnya saya belajar sejarah Eropa!) masing-masing wakil dari Belanda, Perancis, Belgia, Luxemburg, Italy dan Jerman Barat sepakan untuk mendirikan komunitas atom & ekonomi Eropa dan ini adalah cikal bakal berdirinya Uni Eropa. Tahun 2002, euro diluncurkan sebagai mata uang bersama, namun Inggris, Swiss dan Norwegia menolak mata uang euro ini dan memilih menggunakan mata uang mereka sendiri. Ketika saya tanya kenapa, Tooon mengatakan, Inggris tidak ingin kehilangan independensi mata uang poundsterling, tidak juga ingin terlalu terikat dengan Eropa daratan karena terkadang kerjasama dengan AS lebih menguntungkan. Untuk Swiss, ya, mereka negara kaya, karena seluruh orang kaya di dunia ini menabungkan uangnya di Swiss (juga demikian halnya dengan orang-orang kaya di Indonesia toh?). Mengapa mereka memilih Swiss? Toon bilang, Swiss dibatasi oleh pegunungan, sehingga sejak berabad-abad lampau, tak pernah ada cerita perang terjadi di Swiss, hingga rasanya swiss memang negara yang sangat aman untuk menimbun uang. Hmm.. Lalu bagaimana dengan norway? Singkat Toon menjawab, "mereka punya minyak.."

Itu dia hasil belajar sejarah singkat saya tentang Belgia dan Eropa, mudah-mudahan banyak benarnya  ketimbang salahnya. Maklumlah, aslinya saya buta sejarah dan juga pengetahuan umum, apalagi ekonomi.. jangan tanya..


3 komentar:

Aramachi said...

bagus juga shan,cuma enaknya dibuat berseri aja shan,puyeng gw bacanya...


*)btw kenapa lu mulai cerita ini dari pukul 14 waktu setempat.kenapa ga pukul 11 siang waktu setempat saja?? lu malu ya kalo harus cerita tentang lulur yang ketinggalan di Indonesia...:p

shanti dwita said...

berseri? yang gimana tuh bentuknya zi...
maksudnya sebagian-sebagian? yaahh, you know laahh, gw kalo nulis ngga di draft, muncul aja spontan, dan secara gw kalo udah ngomong ngga berenti2, jadinya tulisannya puanjaaaangg banget. hehe

Soal lulur? tenang zi.. gw pake sikat cuci untuk ngerontokin kulit yang mati kekeringan.. (kreatifff)

shanti dwita said...

udah gw edit (dikit zi), ditambahin judul paragraf.. Gitu bukan yang dimaksud??
mangaph kalo gw rada2 ngga dong...

Post a Comment