Sunday, January 9, 2011 By: shanti dwita

Madrid day 2

Seperti hari-hari sebelumnya dimana saya selalu bangun kepagian, jam setengah 8 saya sudah rapi dengan jaket semi kulit warna ungu serta ransel berisi payung untuk menjelajah Madrid. Prediksi cuaca untuk Minggu, 9 Januari, Madrid akan diguyur hujan dengan peluang presipitasi 80%. Benar-benar kepagian karena suasana masih lengang dan langit masih berwarna abu-abu kemerahan. Beberapa cafe, seperti Dunkin Coffee yang ada di sebelah hostel tempat saya menginap, sedang berbenah dan siap menyambut tamu yang akan mampir untuk segelas kopi hangat dan sepotong kue. Menyusuri San Jeronimo, menuju Sol metro station yang jaraknya hanya 100 meter, seorang pria Afrika menghampiri dan mengajak ngobrol saya meski sudah saya judesi setengah mati. Dia bertanya nama, dan menyebutkan namanya juga, Ï´m Billy¨. Bahasa Inggrisnya tidak lancar, mungkin dia hanya tau ¨what´s your name dan how are you doing¨karena dari tadi ia mengulang pertanyaan yang sama. Teringat kejadian di Sacre couer, Paris, saat seorang Afrika mengajak ngobrol saya dan kemudian saya sadar dompet saya hilang, tentunya saya tak ingin hal ini terjadi lagi. Saya segera menghindar dan masuk ke area metro. Tujuan pertama saya adalah La Latina, tempat flea market yang sangat terkenal di Madrid, El Rastro yang buka setiap minggu dari jam 9 pagi sampai jam 2 siang. Saya melist-nya sebagai tujuan karena  El Rastro tertulis di buku rough guide in Spain yang saya baca di living room hostel. Saat saya tiba disana, beberapa pedagang masih membangun tenda, beberapa sudah siap, beberapa sedang memindahkan barang dagangannya dari mobil van dan menggelarnya di lapak. Suasana belum terlalu ramai, hanya ada beberapa calon pembeli kepagian yang datang kesana, termasuk saya. Beberapa turis dari Asia Timur yang khas dengan kulit putih dan mata sipitnya ada disana juga, mengambil gambar dengan kamera SLR. Hampir sama seperti flea market yang ada di Jatinegara, atau yang digelar di Pasar Cinde Palembang setiap minggu pagi, aneka barang bisa ditemukan disini, meski tidak semuanya bekas. Ada perabotan rumah tangga, barang-barang antik, buku kuno, komik2 dari zaman baheula, novel, bungan, sepatu, alat elektronik, pakaian, serta souvenir. Ada juga lapak pedagang kaos bola dan merchandise Real Madrid yang menjualnya dengan separuh harga. Kostum El Real, adidas asli dengan tag, made in vietnam, ditawarkan seharga 30an euro, tergantung ukuran. Saya jadi teringat teman SMA saya di Indonesia yang pingin sekali dapat oleh-oleh jersey klub sepakbola. Tapi pagi itu saya tidak membeli jersey, sowan saya di El rastro end up di lapak yang menjual souvenir khas Madrid. Seperti setiap kunjungan saya di kota-kota lain, saya selalu menyisihkan uang 7-8 euro untuk membeli piring yang bergambar landmark kota. Entah sudah berapa piring yang saya kumpulkan, dan rasanya saya tidak pernah bosan untuk terus membeli. Sebuah piring dengan lukisan matador plus bantengnya yang berwarna emas dengan latar biru tua serta sebuah banteng kecil warna-warni khas Gaudi saya beli dengan total harga 8euro. Muraaaaaahhh... karena di Barcelona untuk 1 piring serupa, saya membayar 10 euro.

Dari El Rastro, saya  naik metro ke Ventas, tempat arena bullfighting terbesar di Spanyol berada. Karena saya berkunjung di bulan Januari, otomatis tidak ada pertunjukan matador berbaju emas versus banteng. Pertunjukan itu digelar Maret-Oktober, saat spring-summer hingga awal autumn. Agak bimbang awalnya untuk membagi waktu, karena petugas di bagian tiketing bilang bahwa tour de Ventas yang berbahasa Inggris akan diadakan jam 11, sedangkan 10.30 waktu tur untuk wisatawan berbahasa Perancis. Akhirnya saya merelakan untuk tidak mengikuti walking tour mengelilingi pusat2 turisme Madrid yang diadakan di jam yang sama, di Plaza Mayor, landmark utama kota Madrid. Michel, nama guide yang akan membawa kami ber-9, memperkenalkan dirinya di awal tour. Sebenarnya hanya saya diantara  9 peserta tour yang berbahasa Inggris, namun karena judulnya tur ini ditujukan untuk wisatawan berbahasa Inggris, ia pun bersedia bekerja 2x, menerangkan dengan dwi bahasa, Spanyol dan Inggris.

0 komentar:

Post a Comment