Friday, November 5, 2010 By: shanti dwita

happy birthday Shanti


Sebenarnya saya bukan orang yang suka merayakan ulang tahun, karena menurut saya, hari kelahiran itu sama istimewanya seperti hari-hari lainnya. Waktu SMA dan berumur 17 tahun, saya melewati 25 oktober dengan mentraktir teman-teman nonton di 21 (lupa judul film-nya). Di ulang tahun yang ke 21, pacar (hiks.. males banget menyebutnya pacar) membuatkan pesta ulang tahun kecil dengan nasi tumpeng dan mengundang teman2.. Setelah menikah, ulang tahun dilewati dengan dibangunkan jam 12 malam dan mendapat ucapan “selamat ulang tahun sayang” dalam keadaan sama-sama setengah sadar lalu tidur lagi. Sekarang di usia 27? Saya sendirian merantau di negeri orang, sama sekali tak berharap akan ada perayaan apapun.

Senin, 25 Oktober 2010 seperti biasa, saya bangun jam 3 pagi. Setelah melakukan ini dan itu yang dianggap penting, saya pun memilih online di facebook dan membalas ucapan selamat dari teman juga murid dan mahasiswa. Kebetulan hari tidak ada kuliah yang mengaruskan saya hadir di kampus. Minggu ketiga setiap modul selalu diisi dengan self directed learning dan mempersiapkan paper, presentasi juga belajar untuk final exam di hari Jumat. Mempertimbangkan 4 faktor, tidak kemana-mana, hari lahir, hari Senin dan juga kewajiban membayar hutang puasa, saya pun meniatkan diri untuk berpuasa. Lengkap sudah saya melewati hari itu dengan tidur dan membalas 200an lebih ucapan di wall saya sambil sesekali mencari-cari jurnal yang bisa saya jadikan acuan untuk menulis paper tentang environmental vegetarianism

Jam 4 sore, ketika saya masih bermalas-malasan, bel kamar juga bel rumah berbunyi. Dari kamar saya melihat ada dua teman saya yang datang dan menunggu dibukakan pintu di bawah sana. Saya pun bergegas mencari bergo (istilah yang saya dapat dari Sara, teman kuliah saya, tentang jilbab praktis untuk sehari-hari di rumah) dan segera menuju ke bawah untuk membukakan pintu. 

Ketika pintu dibuka, saya melihat Chooda (teman dari Nepal) menyembunyikan 1 kotak berwarna putih, dan saya pun segera menangkap maksud dibalik semua itu. Mungkin ini sebuah kejutan. “Come in!” kata saya menyuruh mereka masuk lengkap dengan isyarat kepala. “No, I’m waiting for haqqani” katanya. Haqqani adalah teman satu flat saya yang tinggal di lantai 1. Di lantai 2 ada Esther dan Steve dari Spanyol, dan di lantai 3 ada saya juga Lydia. “Ok, I’ll call him” kata saya sambil melangkah ke kamar Haqqani. “No, he’s out now!”kata Chooda sambil menerangkan kalau haqqani sedang membeli sesuatu di Proxy (jaringan supermarket Delheize, kalo di Indonesia seperti Superindo). Sajid yang datang bersama Chooda pun bertanya “where’s Lydia?”- “Well, she’s in Lille now”kata saya- “Yeah, but she said she’d be home at 3.30”

Tanpa banyak basa-basi lagi, saya pun mempersilahkan mereka untuk segera menuju ke dapur dan duduk di sana dengan manis. Benar dugaan saya, isi kotak itu adalah kue ulang tahun, sajid yang membelikannya untuk saya. What a nice guy! Dia juga sepertinya yang mengundang orang-orang dari kelas SEFO untuk datang ke rumah saya sore itu. Haqqani yang kemudian datang pun segera menggoreng 1 kg French fries, juga demikian halnya dengan Lydia yang membuatkan fruit tea dari Lille untuk kami semua. Sepertinya semua orang tak sabar untuk segera mencomot fries dengan saus tomat juga mencicipi hangatnya teh, termasuk saya. Dengan santainya saya mengambil fries dan makan. Setelah habis beberapa suap, saya pun mulai sadar dari mimpi “Astaga! Hari ini saya puasa” dan saya pun mendadak berhenti dan mulai senyum-senyum sendiri. “Hey, why are you smiling like that?? protes Rosina.. “Mmmm.. honestly.. I am fasting today..”- “Whaaaaatt??” mereka pun terperangah mendengar jawaban saya.



BIRTHDAY GIRL bantu-bantu bikin french fries

 Yah, berbagai pikiran berkecamuk di kepala saya. Jam 4 sore, mutus puasa, padahal dalam 2,5 jam azan maghrib akan segera berkumandang. Tapi saya juga nggak tega membiarkan surprised party yang telah mereka buat terbengkalai jika saya tak memakan kue itu. Pilihan sulit. Ya, sudahlah.. untuk menghargai mereka yang sudah datang, saya pun merelakan puasa saya hari itu terputus di jam 4 sore. Setelah difikir-fikir, itu pula sebabnya kenapa saya tak punya makanan apapun untuk mereka di hari itu. Saya puasa seharian, sama sekali nggak makan dan nggak masak.. Benar-benar bukan tuan rumah yang baik karena membiarkan para tamunya datang membawa makanan mereka masing-masing untuk merayakan ulang tahun saya.

Bithday Cake pemberian sajid
 
Saya kemudian duduk di hadapan kue ulang tahun serta lilin yang sudah dinyalakan, mereka mulai menyanyi dan mengganti lirik lagu selamat ulang tahun “happy birthday to you” dengan “how old are you now? Saya jawab “twenty seven” dengan nada fals karena benar2 ngga ada di lirik, dan kemudian rosinah menggantinya lagi dengan “you are like monkey..”- “you are like monkey”… Aaaaaaaaaaahhhhh, saya jadi seperti anak2… 

Teman-teman saya yang datang dengan membawa kamera mereka pun dengan sigap mengambil foto saya. OH..NO!.. saya tak siap untuk difoto hanya dengan berpakaian polo shirt serta training dan sandal jepit, tanpa make up, plus muka pucat karena tidur seharian.
Jadilah, Senin itu saya melewati hari ulang tahun saya bersama teman-teman. Rasa sepi berada jauh dari keluarga sedikit teralihkan dan berganti senyum ceria. Sangat senang memiliki teman-teman yang perhatian dan membuat saya merasa benar-benar ada di dunia ini. Thanks guys!

Happy bday to me!

2 komentar:

Zakka Fauzan Muhammad said...

ikut baca2 blognya mbak!

Anyway, diundang makan, jika puasanya "hanya" puasa sunat dan bukan puasa yang kuat sekali (seperti Syawal, Asy-Syura), memang tetep lebih baik menerima undangan tsb... :)

shanti dwita said...

haha.. iya Za.. gara2 keasikan makan french fries, lupa kalo lagi puasa :)
Thanks udah mampirr

Post a Comment